Pertahanan adaptif dan berlapis adalah pendekatan keamanan siber yang melibatkan penggunaan beberapa lapis pertahanan untuk melindungi dari berbagai ancaman, dan mengadaptasi pertahanan tersebut sebagai respons terhadap perubahan ancaman dan vektor serangan.
Gagasan di balik pertahanan adaptif dan berlapis adalah bahwa tidak ada satu pun langkah keamanan yang dapat memberikan perlindungan lengkap terhadap semua kemungkinan ancaman. Sebagai gantinya, beberapa lapisan pertahanan digunakan, masing-masing memberikan tingkat perlindungan yang berbeda dan membantu mengurangi berbagai jenis risiko.
Beberapa komponen utama dari pertahanan adaptif dan berlapis dapat mencakup:
- Segmentasi Jaringan (Network Segmentation):
Segmentasi jaringan adalah proses membagi jaringan komputer menjadi bagian atau sub-jaringan yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola, yang dikenal sebagai segmen atau zona. Setiap segmen kemudian diamankan dengan serangkaian kontrol keamanan dan kebijakan aksesnya sendiri, sehingga mempersulit pengguna yang tidak berwenang atau perangkat lunak berbahaya untuk mendapatkan akses ke data sensitif atau sumber daya penting.
Segmentasi jaringan dapat diimplementasikan dalam beberapa cara, tergantung pada kebutuhan dan persyaratan organisasi. Beberapa teknik segmentasi yang umum meliputi:
- Segmentasi Fisik: Ini melibatkan pemisahan secara fisik berbagai bagian jaringan menggunakan router, switch, atau perangkat keras lainnya.
- Segmentasi Virtual: Ini melibatkan pembuatan segmen logis dalam jaringan menggunakan teknologi jaringan yang ditentukan perangkat lunak (SDN) atau LAN virtual (VLAN).
- Segmentasi Aplikasi: Ini melibatkan segmentasi jaringan berdasarkan aplikasi atau layanan tertentu, seperti email atau server database.
- Segmentasi Pengguna: Ini melibatkan segmentasi jaringan berdasarkan peran pengguna atau tingkat akses, seperti memisahkan jaringan karyawan dan tamu.
- Pertahanan Perimeter (Perimeter Defense):
Pertahanan perimeter adalah strategi keamanan yang digunakan untuk melindungi batas-batas jaringan atau sistem dengan mengontrol aliran data yang masuk dan keluar dari jaringan. Strategi ini melibatkan penerapan langkah-langkah keamanan dan kontrol pada perimeter jaringan untuk mencegah akses yang tidak sah, gangguan, atau serangan.
Perimeter adalah lapisan terluar dari sebuah jaringan, dan biasanya dilindungi oleh kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak, termasuk firewall, sistem deteksi dan pencegahan penyusupan, dan firewall aplikasi web. Perangkat-perangkat ini dirancang untuk memeriksa lalu lintas masuk dan keluar, dan memblokir lalu lintas apa pun yang tampak mencurigakan atau berpotensi membahayakan.
Pertahanan perimeter juga melibatkan penggunaan kontrol akses, seperti otentikasi dan otorisasi, untuk memastikan bahwa hanya pengguna dan perangkat yang diotorisasi yang diizinkan untuk mengakses jaringan. Hal ini dapat melibatkan penggunaan nama pengguna dan kata sandi, otentikasi multi-faktor, dan langkah-langkah keamanan lainnya untuk memverifikasi identitas pengguna dan perangkat.
Selain melindungi dari ancaman eksternal, pertahanan perimeter juga dapat membantu mencegah ancaman orang dalam dengan mengontrol aliran data di dalam jaringan. Misalnya, kontrol akses dapat digunakan untuk membatasi akses ke data sensitif atau sistem penting, dan untuk memantau aktivitas pengguna yang berwenang untuk mendeteksi perilaku yang mencurigakan.
- Perlindungan Titik Akhir (Endpoint Protection):
Perlindungan endpoint adalah strategi keamanan yang dirancang untuk melindungi endpoint, seperti desktop, laptop, perangkat seluler, server, dan endpoint lainnya, dari ancaman siber seperti malware, ransomware, dan jenis serangan lainnya.
Perlindungan endpoint melibatkan penerapan perangkat lunak keamanan dan alat lainnya pada setiap endpoint untuk mendeteksi dan mencegah ancaman siber agar tidak mengganggu perangkat atau jaringan. Ini dapat mencakup perangkat lunak anti-virus dan anti-malware, sistem deteksi dan pencegahan penyusupan, firewall, dan kontrol keamanan lainnya.
Solusi perlindungan titik akhir biasanya menyediakan pemantauan waktu nyata dan deteksi ancaman, serta kemampuan respons otomatis untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi ancaman dengan cepat. Solusi ini juga dapat mencakup fitur-fitur seperti enkripsi data, manajemen perangkat, dan penegakan kebijakan untuk membantu mencegah kehilangan data dan akses yang tidak sah.
Perlindungan titik akhir merupakan aspek penting dari keamanan jaringan, karena titik akhir sering kali menjadi titik masuk untuk serangan siber. Penjahat siber mungkin berusaha mendapatkan akses ke endpoint melalui email phishing, situs web berbahaya, atau metode lain, dan setelah mereka mendapatkan akses, mereka dapat menggunakan endpoint sebagai pintu gerbang ke bagian lain dari jaringan. Perlindungan endpoint membantu mencegah hal ini dengan mendeteksi dan memblokir jenis serangan ini sebelum dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan.
- Manajemen Identitas dan Akses (Identity and Access Management): IAM adalah kerangka kerja keamanan yang membantu organisasi mengelola dan mengontrol akses ke sistem, aplikasi, dan data mereka. Sistem IAM memungkinkan organisasi untuk mendefinisikan dan menerapkan kebijakan untuk akses pengguna ke informasi dan sumber daya, serta melacak aktivitas pengguna untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan tersebut.
IAM biasanya melibatkan komponen-komponen utama berikut ini:
- Identifikasi: Hal ini melibatkan identifikasi pengguna dan kredensial mereka, seperti nama pengguna, kata sandi, atau data biometrik.
- Autentikasi: Ini melibatkan verifikasi identitas pengguna, biasanya melalui penggunaan kata sandi, data biometrik, atau mekanisme otentikasi lainnya.
- Otorisasi: Ini melibatkan pemberian atau penolakan akses ke sumber daya tertentu berdasarkan identitas dan hak akses pengguna.
- Audit dan pemantauan: Hal ini melibatkan pelacakan dan pencatatan aktivitas pengguna untuk mengidentifikasi potensi ancaman atau pelanggaran keamanan.
Sistem IAM dapat membantu organisasi untuk meningkatkan keamanan dengan menyediakan cara terpusat untuk mengelola akses pengguna di berbagai sistem dan aplikasi. Dengan mendefinisikan kebijakan dan peran akses, organisasi dapat memastikan bahwa pengguna hanya memiliki akses ke sumber daya yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka, dan bahwa akses ke data sensitif atau rahasia dibatasi hanya untuk pengguna yang berwenang.
Sistem IAM juga dapat membantu organisasi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap persyaratan peraturan dan standar industri, seperti Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) dan Standar Keamanan Data Industri Kartu Pembayaran (PCI DSS). Dengan menyediakan catatan aktivitas pengguna yang terperinci, sistem IAM dapat membantu organisasi untuk menunjukkan kepatuhan dan merespons dengan cepat terhadap insiden keamanan.
Secara keseluruhan, IAM merupakan komponen penting dari strategi keamanan yang komprehensif, karena membantu organisasi mengontrol akses ke sumber daya penting mereka dan melindungi dari ancaman orang dalam dan serangan eksternal.
- Intelijen Ancaman (Threat intelligence):
Intelijen ancaman mengacu pada proses pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi tentang ancaman siber potensial dan yang sudah ada untuk melindungi diri dari ancaman tersebut dengan lebih baik. Intelijen ancaman dapat memberikan wawasan yang berharga bagi organisasi tentang taktik, teknik, dan prosedur (TTP) pelaku ancaman, serta informasi tentang motivasi, target, dan alat mereka.
Intelijen ancaman dapat diperoleh dari berbagai sumber, termasuk intelijen sumber terbuka (OSINT), umpan ancaman komersial, vendor keamanan, serta log dan laporan keamanan internal. Setelah informasi ini dikumpulkan, informasi ini dapat dianalisis dan digunakan untuk mengidentifikasi potensi kerentanan, meningkatkan proses respons insiden, dan mengembangkan langkah-langkah keamanan proaktif.
Ada dua jenis utama intelijen ancaman:
- Intelijen ancaman strategis: Ini melibatkan pengumpulan dan analisis informasi tentang tren yang lebih luas dalam lanskap ancaman siber, seperti pelaku ancaman yang muncul, keluarga malware baru, dan teknik serangan yang terus berkembang. Intelijen ancaman strategis dapat membantu organisasi untuk lebih memahami lanskap ancaman secara keseluruhan dan mengidentifikasi area potensi risiko.
- Intelijen ancaman taktis: Ini melibatkan pengumpulan dan analisis informasi tentang ancaman spesifik yang menargetkan organisasi atau industri, seperti kampanye phishing yang ditargetkan, serangan ransomware, atau ancaman persisten tingkat lanjut (APT). Intelijen ancaman taktis dapat membantu organisasi mengidentifikasi dan merespons ancaman dengan cepat sebelum ancaman tersebut menyebabkan kerusakan.
Intelijen ancaman merupakan komponen penting dari strategi keamanan yang komprehensif, karena membantu organisasi untuk lebih memahami dan merespons lanskap ancaman yang terus berkembang. Dengan menggunakan intelijen ancaman untuk mengidentifikasi potensi risiko dan kerentanan, organisasi dapat mengembangkan langkah-langkah keamanan yang lebih efektif dan mengurangi risiko serangan siber secara keseluruhan.
– Selesai –